Nama aku Jack -Kependekan dari Kojack- nama yang diberikan oleh teman aku yang punya penyakit bengek -tapi jago minum minuman keras- yang belum mati - mati sampai sekarang.
Aku dijuluki Pengacara Jalanan, ataupun Pengacara abal – abal, bukanlah tanpa sebab. Alasan orang – orang yang pernah aku bantu dalam perkara Hukum, atau teman – teman para Aparat Penegak Hukum menjulukiku seperti itu mungkin dari cara berpakaian, berbicara, rambut aku yang gondrong dan tidak pernah tersentuh oleh gel –karena Ibu yang meluruskan rambutku bilang kalau gel bisa membuat rambut aku lebih parah- atau pada saat ada orang membutuhkan jasa aku, mereka hanya cukup sms dan menyiapkan ucapan Terima Kasih serta Pulsa Rp. 5000 sebagai bayaranku. Tapi aku yakin julukanku itu muncul karena setelah delapan kali kuliah Hukum, aku belum pernah diwisuda.
Disetiap kelas Universitas yang pernah aku masuki, aku selalu menjadi pusat perhatian. Dari teman – teman cowok, aku dikenal sebagai laki – laki yang cerewet dan suka mendominasi. yang cewek – cewek, hehehe.. aku yang paling top. Top dalam pengertian aku orangnya lucu dan gila, serta selalu siap kapan saja jika ada cewek yang mau mencurahkan isi hati mereka pada saat cowok mereka kupingnya bolot. Padahal aku kadang – kadang tidak mau selalu menjadi tempat sampah. Aku hanya ingin mencuri
perhatian mereka lewat modal wawasan yang lumayan luas -yang aku dapat dari hobi aku membaca- dan perasaan yang sengaja aku buat se-romantis mungkin untuk menutupi tampangku yang pas - pasan.
Aku telah mulai mengurus perkara yang berhubungan dengan Hukum maupun berbagai macam permasalahan sosial di masyarakat sejak tahun 2001 di Jakarta dengan mengikuti teman sekaligus mentor aku Jimmy The Big Shit. Di Bitung aku mulai tahun 2006. Dari berbagai macam masalah yang pernah aku tangani, mulai dari pemerkosaan sampai aborsi, pencurian, penganiayaan, penadahan pembunuhan, dll, aku paling tidak suka menangani masalah Perdata. Sejak dari Kuliah, aku memang sangat suka wilayah Pidana dari pada Perdata.
“ Kasus Perdata, Dokumennya bengkak.. apalagi kasus Perceraian, kuping kalian juga akan ikutan bengkak…” kata dosenku. Dan kebetulan Beliau adalah Dosen favoritku.
Tapi, itulah intinya kenapa sampai aku menulis catatan pendek yang berjudul Kasusku ini.., karena di tahun 2009 aku berani mati untuk mengurus dua kasus Perceraian sekaligus. Dan menolak seluruh perkara yang merupakan spesialisasiku.
R A I N
Wanita tangguh ini aku kenal sejak dia masih SMA. Anak – anak menjulukinya Princess of Toth karena jarang melihat dia diam sambil menutup giginya lebih dari 5 menit pada saat lagi ngumpul dengan anak – anak. Aku menyimpan nomor HandPhonenya dengan nama Budi Anduk –ada juga yang memanggillnya Sule-. Terlalu dramatis kalau aku bilang, Rain seperti Pelangi yang muncul sesudah turunnya hujan deras, Rain seperti obat sakit gigi kumur pada saat tablet tidak lagi berfungsi.
Pada saat pertama kali aku melihatnya di sebuah acara bersama teman – teman dekatnya, aku langsung terpesona oleh keceriaannya yang mampu menghidupkan suasana acara yang dipenuhi oleh orang mabuk dan bau keringat yang menyengat. Perkenalan aku dengan Rain malam itu yang didasari oleh rasa tertarik seorang cowok kepada cewek yang memiliki daya tarik yang kuat, telah memulai sebuah hubungan persahabatan yang luar biasa sampai sekarang.
Aku sempat terpisah dengan Rain dalam jangka waktu yang lumayan lama karena aku telah memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengurus keluargaku serta harus sekolah di Jakarta. Walaupun begitu aku tetap berhubungan dengan anak – anak di Bitung lewat telephone sehingga biarpun aku di Jakarta, tapi aku tetap bisa mengikuti perkembangan sosial teman – temanku, khususnya Rain.
Waktu aku pulang dari pendidikanku di Jakarta, aku ketemu Rain dirumah salah seorang teman. Saat itu aku lihat Rain sudah banyak perubahan. Ketawanya masih, cuma sudah tidak selepas dulu, tomboynya tetap, cuma sekarang lebih dewasa. Ada yang berubah dalam diri anak ini.. begitu pikir aku. Seperti pikiran kakek – kakek yang giginya tinggal 2 waktu memandang cucunya yang biasanya nakal dan tiba – tiba jadi kalem.
Tanggal 12 September 2009, malam, aku dihubungi oleh Rain melalui handphone.
Alasan perceraian Rain dengan suaminya sebenarnya sangat lemah dan tidak bisa dijadikan dasar Perceraian baik dari segi Hukum Dunia maupun Hukum Akhirat. Tapi dengan terlibatnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, masalahnya menjadi besar sampai Polisi merasa harus turun tangan dengan membawa senjata laras panjang. Aku yang pada awalnya terlibat hanya dengan memberikan advice sambil lalu bahkan cenderung ogah, harus terlibat serius dalam masalah ini. Aku sendiri jujur, tidak mengerti sampai sekarang kenapa cuma karena engsel pintu bisa membuat orang bercerai.
Setelah melalui begitu banyak musyawarah, pengrusakan terhadap barang dan manusia, airmata sana.. airmata sini, Rain resmi bercerai dengan suaminya di tahun 2010 dengan aku yang selalu setia mendampinginya. Dari luar, Rain kelihatan sangat kuat dan tabah walaupun aku tau secara psikis, dia hancur. Aku yang sudah terlibat dari pertama merasa turut bertanggung jawab dalam masalah ini. Bahkan sebelum jatuhnya putusan, aku sempat menemui suaminya untuk terakhir kali hanya untuk menunjukkan bahwa keputusan yang dia ambil kurang tepat, Rain siap meminta maaf walaupun akar permasalahan bukan dari dirinya, Rain tetap akan sayang dan cinta dan siap menerima dia kembali yang penting dia mau untuk hidup berumah tangga tanpa diatur – atur oleh kebijaksanaan hipokrit keluarganya lagi, Rain siap melakukan segala-galanya, bahkan Rain memang telah melakukan segala-galanya waktu Rain pindah Agama.. tapi, dengan gaya seorang sultan negeri sapi, dia tetap bersikeras bahwa dia dan keluarganya yang benar dan Rain yang salah. Saat itu juga sebelum aku pulang, aku juga bersikeras untuk menjejalkan dalam otak kecilnya sebuah gambaran bahwa aku siap untuk mematahkan tubuh kerempengnya menjadi 8 bagian kalau seandainya dia berusaha mendekati Rain lagi, atau aku akan dengan senang hati menghajar mulut kotornya kalau seandainya ketemu dijalan dan kebetulan aku lagi migrain.
That’s my Rain. That’s my case. Kasus yang bikin aku sial sampai sekarang, kasus yang aku pegang karena Rain adalah seorang wanita yang telah merelakan segala-galanya untuk mendapatkan cinta sejati, bahkan sampai rela bekerja sampai pagi untuk membantu mengembangkan usaha bekas suaminya, tapi yang paling penting aku mau terlibat dengan sukarela dalam masalah ini ‘cause Rain adalah teman baik aku dan aku sayang dia, dan dia berhak untuk mendapatkan suami yang baik dan tepat lebih dari seorang sultan negeri sapi yang penuh dengan kotoran sapi. Walaupun itu bukan hak aku untuk menentukan apa yang terbaik buat Rain.
To Be Continue..
2 komentar:
Thank you very much my friend for your visit, happy weekend with peace & health. Big hug Valter.
very good.....!
Posting Komentar