Darwis di Dumai, Selasa (24/5/2011), mengatakan, pelumas kapal-kapal tersebut diperkirakan setiap hari terus menetes di sepanjang alur Sungai Dumai, menyebabkan pencemaran yang semakin memprihatinkan.
"Memang kami belum tahu apakah oli tersebut telah mengakibatkan pencemaran berat atau tidak. Untuk membuktikannya, kami akan kembali memanggil para ahli dari Universitas Riau untuk melakukan pengujian," katanya.
Darwis menjelaskan, pihaknya bersama sejumlah ahli dari Universitas Riau juga telah melakukan pengujian sampel atas limbah cair yang mencemari Sungai Dumai.
"Hasil pengujian waktu itu memang menunjukkan telah terjadi pencemaran di perairan Sungai Dumai. Namun, kasus pencemarannya masih ringan atau belum membahayakan," ungkap Darwis.
Kendati demikian, menurut Darwis, berdasarkan evaluasi yang dilakukan secara manual, terlihat jelas bahwa pencemaran yang terjadi saat ini jauh lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya.
"Secara kasatmata, di permukaan sungai sudah jelas terlihat minyak dan pelumas yang tergenang. Berdasarkan teori lingkungan, kondisi ini sangat mengganggu perkembangbiakan hewan dan tumbuhan yang berada di sekitarnya, termasuk bakau," ujarnya.
Untuk lebih memastikannya lagi, kata Darwis, pihaknya berencana kembali mendatangkan para ahli untuk menguji kemurnian air Sungai Dumai.
"Jika terbukti telah terjadi pencemaran berat, kami mengharapkan ada solusi dari pemerintah mengingat kondisi itu dapat merusak berbagai jenis ikan dan tumbuhan yang dilindungi," demikian Darwis.
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar