Kota Bitung merupakan salah satu pemerintah kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah daratan 304 km2. Sebagian besar wilayah daratan merupakan daerah berombak, berbukit dan gunung. Secara Geografis Kota Bitung terletak pada posisi diantara 1o23'23" - 1o35'39" LU dan 125o1'43" - 125o18'13" BT. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Likupang dan Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara),
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara). Wilayah daratan mempunyai luas 304 km2, secara administratif terbagi dalam lima wilayah kecamatan serta enam puluh kelurahan.Lima kecamatan tersebut masing-masing Kecamatan Bitung Utara (136,40 km2 ) meliputi 12 kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah (24 km2 ) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Barat (33,62 km2) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Timur (59,08 km2) terdiri dari 13 kelurahan dan Kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau Lembeh (50.90 km2) meliputi 15 kelurahan.
Sebagai pintu gerbang jalur laut di Provinsi Sulawesi Utara, dengan berbagai aktifitas perdagangan dan pendidikan serta dengan keberadaan sumber daya alam yang cukup memadai, Kota Bitung memiliki lahan sawah seluas 156 Ha , lahan kering 28.719 Ha dan lainnya 1252 Ha, menunjukkan penggunaan lahan dalam pembangunan Kota Bitung cenderung maksimal. Kota Bitung merupakan kota multi dimensi dengan keragaman etnis yang dalam kesehariannya berkembang dalam nuansa kebersamaan dengan menghargai keragaman tersebut dengan didukung semangat dan budaya Mapalus. Kelurahan yang ada masih ada yang mempunyai ciri pedesaan baik dilihat dari segi fisik maupun pola hidup masyarakatnya. Masih ada beberapa kelurahan yang bercirikan kelurahan pesisir (Bitung Selatan, Bitung Timur dan beberapa kelurahan di Bitung Utara) maupun kelurahan yang bercirikan masyarakat petani (Bitung Utara). Keberhasilan pembangunan Kota Bitung yang dicerminkan dari laju pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para migran untuk tinggal dan bekerja di Kota Bitung. Rata-rata kepadatan penduduk pada Tahun 2005 mencapai sekitar 558 jiwa per km2. Menyadari heterogenitas penduduk dengan berbagai latar belakang budaya maka pembangunan Kota Bitung diarahkan pada � Terwujudnya Kota Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi � sesuai dengan visi yang akan dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Kota Bitung. Berbagai tantangan, potensi dan dinamika lingkungan strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan Kota Bitung merupakan motivasi bagi pemerintah dan masyarakat serta semua stake holders pembangunan untuk merancang dan melaksanakan pembangunan dengan mengarahkan pada skala prioritas yang dapat menggerakkan roda perekonomian rakyat dan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Disamping itu kemajuan teknologi informasi dan efek globalisasi telah menciptakan persaingan antar kekuatan ekonomi semakin meningkat, menuntut proses pembangunan yang semakin efisien serta menghasilkan produk dengan daya saing yang semakin menjadi tantangan pembangunan kedepan. Beberapa program prioritas pembangunan pada era otonomi daerah telah memberi peluang bagi daerah untuk mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengutamakan berbagai isu publik dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat dan telah mencapai 794.026 orang pada Tahun 2005 merupakan jumlah angkatan kerja yang potensial untuk menggerakkan pembangunan apabila dapat dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja sektor pertanian semakin berkurang. Pergeseran ini telah mengarah pada sektor perdagangan dan industri yang cenderung mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Menyadari bahwa transformasi struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak dapat dihindari dalam pembangunan, yang semakin mengarah pada ekonomi persaingan bebas yang diikuti dengan makin bertambahnya konsumsi masyarakat terhadap produk barang industri. Demikian juga halnya dengan pengelola tenaga kerja bergeser dari sektor primer ke sektor tersier, maka pembangunan sektor pertanian di arahkan pada upaya pemenuhan pangan serta pelestarian sumber daya alam. Produksi padi pada Tahun 2005 berjumlah 555,6 ton dari luas lahan 137.5 Ha. Selain padi juga dihasilkan jagung 2.236,51 Ton dari 694,5 Ha. Disamping itu juga produksi umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) sebanyak 8.309 ton dari 557 ha, buahan 245,36 ton dari luas lahan 104,30 ha serta kacang tanah sebanyak 143,97 ton dari 135,40 Ha. Disamping pertanian tanaman pangan sub sektor perikanan juga mempunyai peran yang cukup berarti, dalam perekonomian Kota Bitung. Perikanan terutamanya perikanan laut produksinya semakin fluktuatif, pada Tahun 2005 produksinya meningkat 0,66 % yakni dari 133.043,6 ton menjadi 133.924,8 ton. Kegiatan ekonomi di Kota Bitung lainnya adalah pariwisata. Kota Bitung dengan 16 objek pariwisata, baik wisata pantai, wisata hutan maupun wisata sejarah.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu upaya pembangunan di bidang pelayanan masyarakat seperti pembangunan sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan dan perhubungan, sarana dan prasarana pendidikan. Pembangunan kesehatan diarahkan pada kemampuan hidup bagi masyarakat dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat. Sarana pelayanan kesehatan telah diupayakan melalui 3 RS Umum, serta 6 buah Puskesmas serta layanan kesehatan lainnya. Panjang jalan di Kota Bitung Tahun 2005 mencapai 232.42 km. bila dirinci menurut statusnya jalan negara mencapai 29.90 km, Jalan provinsi mencapai 15 km dan selebihnya adalah jalan kota. Pembangunan perhubungan/transportasi di Kota Bitung diharapkan dapat mewujudkan arus lalu lintas/angkutan perkotaan, laut yang lancar, tertib, aman dan nyaman. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai program seperti : peningkatan dan pengembangan sistem lalu lintas, peningkatan dan pengembangan manajemen angkutan umum, peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana angkutan perkotaan serta peningkatan dan pengembangan jaringan angkutan dan jalan. Pembangunan pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu, untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan kehidupan lokal, nasional maupun global. Menyangkut peningkatan kualitas SDM pemerintah Kota Bitung sangat concern akan hal tersebut. Hal ini terlihat dari visi dan misi Kota Bitung yakni : �Terwujudnya Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, perdagangan, jasa dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi� selanjutnya dijabarkan dalam misi Pemerintah Kota Bitung yakni Panca Bina dimana salah satunya adalah Bina Manusia. Salah satu program dalam Misi Bina Manusia adalah Pemerintah Kota Bitung bertekad dan berupaya untuk �menyiapkan masyarakat yang berkualitas dan berkemampuan tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap menjaga kelestarian nilai-nilai etika, moral serta norma agama�.
Bertitik tolak dari upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Tahun 2005 jumlah TK 61 buah, SD sebanyak 96 buah, SLTP sebanyak 29 buah dan SLTA sebanyak 22 buah. Partisipasi sekolah merupakan masalah yang paling signifikan yang patut dikedepankan dalam analisis pendidikan. Dengan melihat angka partisipasi sekolah di Kota Bitung, secara langsung kita akan dapat melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan pendidikan di kota serba dimensi ini. Angka partisipasi Kasar (APK) merupakan angka yang mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. Namun, indikator ini lebih banyak bercerita tentang keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, dan bukan pada penduduk dewasa.
Salah satu faktor penting dalam kelangsungan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah tersedianya lembaga keuangan dan perbankan daerah sebagai fasilitas meminjam dana dan penggerak investasi baik oleh pemerintah maupun dunia usaha. Dalam era otonomi daerah derap laju pembangunan kabupaten/kota sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah yang dimiliki untuk membiayai aktifitas pembangunan dan pemerintahan. Skala prioritas kebutuhan menjadi pertimbangan utama mengalokasikan keuangan daerah disamping arah efisiensi dan manfaat dalam upaya memenuhi aspirasi masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Kota Bitung dengan berbagai pertimbangan telah berusaha menggali potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah disamping pendapatan dana perimbangan pemerintah pusat dan provinsi, serta lain-lain pendapatan yang sah. Besarnya PAD yang diterima pada Tahun 2005 masih memberi kontribusi sebesar 6,03 % pada APBD, naik dari tahun 2004 yang menyumbang 5,99 %. Kinerja pembangunan pemerintah daerah tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen pemerintahan yang baik, yang pada akhirnya dapat ditunjukkan dari indikator ekonomi makro. Disamping itu banyak ahli pembangunan mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator seperti : angka kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi dan ibu melahirkan, kemampuan baca tulis, umur harapan hidup dan sebagainya yang akhirnya dapat tercermin dari indeks pembangunan manusia (Human Development Index). Upaya pembangunan ekonomi melalui berbagai program kebijakan telah menunjukkan kecenderungan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi, menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan Tahun 2002.
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara). Wilayah daratan mempunyai luas 304 km2, secara administratif terbagi dalam lima wilayah kecamatan serta enam puluh kelurahan.Lima kecamatan tersebut masing-masing Kecamatan Bitung Utara (136,40 km2 ) meliputi 12 kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah (24 km2 ) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Barat (33,62 km2) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Timur (59,08 km2) terdiri dari 13 kelurahan dan Kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau Lembeh (50.90 km2) meliputi 15 kelurahan.
Sebagai pintu gerbang jalur laut di Provinsi Sulawesi Utara, dengan berbagai aktifitas perdagangan dan pendidikan serta dengan keberadaan sumber daya alam yang cukup memadai, Kota Bitung memiliki lahan sawah seluas 156 Ha , lahan kering 28.719 Ha dan lainnya 1252 Ha, menunjukkan penggunaan lahan dalam pembangunan Kota Bitung cenderung maksimal. Kota Bitung merupakan kota multi dimensi dengan keragaman etnis yang dalam kesehariannya berkembang dalam nuansa kebersamaan dengan menghargai keragaman tersebut dengan didukung semangat dan budaya Mapalus. Kelurahan yang ada masih ada yang mempunyai ciri pedesaan baik dilihat dari segi fisik maupun pola hidup masyarakatnya. Masih ada beberapa kelurahan yang bercirikan kelurahan pesisir (Bitung Selatan, Bitung Timur dan beberapa kelurahan di Bitung Utara) maupun kelurahan yang bercirikan masyarakat petani (Bitung Utara). Keberhasilan pembangunan Kota Bitung yang dicerminkan dari laju pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para migran untuk tinggal dan bekerja di Kota Bitung. Rata-rata kepadatan penduduk pada Tahun 2005 mencapai sekitar 558 jiwa per km2. Menyadari heterogenitas penduduk dengan berbagai latar belakang budaya maka pembangunan Kota Bitung diarahkan pada � Terwujudnya Kota Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi � sesuai dengan visi yang akan dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Kota Bitung. Berbagai tantangan, potensi dan dinamika lingkungan strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan Kota Bitung merupakan motivasi bagi pemerintah dan masyarakat serta semua stake holders pembangunan untuk merancang dan melaksanakan pembangunan dengan mengarahkan pada skala prioritas yang dapat menggerakkan roda perekonomian rakyat dan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Disamping itu kemajuan teknologi informasi dan efek globalisasi telah menciptakan persaingan antar kekuatan ekonomi semakin meningkat, menuntut proses pembangunan yang semakin efisien serta menghasilkan produk dengan daya saing yang semakin menjadi tantangan pembangunan kedepan. Beberapa program prioritas pembangunan pada era otonomi daerah telah memberi peluang bagi daerah untuk mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengutamakan berbagai isu publik dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat dan telah mencapai 794.026 orang pada Tahun 2005 merupakan jumlah angkatan kerja yang potensial untuk menggerakkan pembangunan apabila dapat dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja sektor pertanian semakin berkurang. Pergeseran ini telah mengarah pada sektor perdagangan dan industri yang cenderung mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Menyadari bahwa transformasi struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak dapat dihindari dalam pembangunan, yang semakin mengarah pada ekonomi persaingan bebas yang diikuti dengan makin bertambahnya konsumsi masyarakat terhadap produk barang industri. Demikian juga halnya dengan pengelola tenaga kerja bergeser dari sektor primer ke sektor tersier, maka pembangunan sektor pertanian di arahkan pada upaya pemenuhan pangan serta pelestarian sumber daya alam. Produksi padi pada Tahun 2005 berjumlah 555,6 ton dari luas lahan 137.5 Ha. Selain padi juga dihasilkan jagung 2.236,51 Ton dari 694,5 Ha. Disamping itu juga produksi umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) sebanyak 8.309 ton dari 557 ha, buahan 245,36 ton dari luas lahan 104,30 ha serta kacang tanah sebanyak 143,97 ton dari 135,40 Ha. Disamping pertanian tanaman pangan sub sektor perikanan juga mempunyai peran yang cukup berarti, dalam perekonomian Kota Bitung. Perikanan terutamanya perikanan laut produksinya semakin fluktuatif, pada Tahun 2005 produksinya meningkat 0,66 % yakni dari 133.043,6 ton menjadi 133.924,8 ton. Kegiatan ekonomi di Kota Bitung lainnya adalah pariwisata. Kota Bitung dengan 16 objek pariwisata, baik wisata pantai, wisata hutan maupun wisata sejarah.
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu upaya pembangunan di bidang pelayanan masyarakat seperti pembangunan sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan dan perhubungan, sarana dan prasarana pendidikan. Pembangunan kesehatan diarahkan pada kemampuan hidup bagi masyarakat dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat. Sarana pelayanan kesehatan telah diupayakan melalui 3 RS Umum, serta 6 buah Puskesmas serta layanan kesehatan lainnya. Panjang jalan di Kota Bitung Tahun 2005 mencapai 232.42 km. bila dirinci menurut statusnya jalan negara mencapai 29.90 km, Jalan provinsi mencapai 15 km dan selebihnya adalah jalan kota. Pembangunan perhubungan/transportasi di Kota Bitung diharapkan dapat mewujudkan arus lalu lintas/angkutan perkotaan, laut yang lancar, tertib, aman dan nyaman. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai program seperti : peningkatan dan pengembangan sistem lalu lintas, peningkatan dan pengembangan manajemen angkutan umum, peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana angkutan perkotaan serta peningkatan dan pengembangan jaringan angkutan dan jalan. Pembangunan pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu, untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan kehidupan lokal, nasional maupun global. Menyangkut peningkatan kualitas SDM pemerintah Kota Bitung sangat concern akan hal tersebut. Hal ini terlihat dari visi dan misi Kota Bitung yakni : �Terwujudnya Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, perdagangan, jasa dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi� selanjutnya dijabarkan dalam misi Pemerintah Kota Bitung yakni Panca Bina dimana salah satunya adalah Bina Manusia. Salah satu program dalam Misi Bina Manusia adalah Pemerintah Kota Bitung bertekad dan berupaya untuk �menyiapkan masyarakat yang berkualitas dan berkemampuan tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap menjaga kelestarian nilai-nilai etika, moral serta norma agama�.
Bertitik tolak dari upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Tahun 2005 jumlah TK 61 buah, SD sebanyak 96 buah, SLTP sebanyak 29 buah dan SLTA sebanyak 22 buah. Partisipasi sekolah merupakan masalah yang paling signifikan yang patut dikedepankan dalam analisis pendidikan. Dengan melihat angka partisipasi sekolah di Kota Bitung, secara langsung kita akan dapat melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan pendidikan di kota serba dimensi ini. Angka partisipasi Kasar (APK) merupakan angka yang mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. Namun, indikator ini lebih banyak bercerita tentang keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, dan bukan pada penduduk dewasa.
Salah satu faktor penting dalam kelangsungan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah tersedianya lembaga keuangan dan perbankan daerah sebagai fasilitas meminjam dana dan penggerak investasi baik oleh pemerintah maupun dunia usaha. Dalam era otonomi daerah derap laju pembangunan kabupaten/kota sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah yang dimiliki untuk membiayai aktifitas pembangunan dan pemerintahan. Skala prioritas kebutuhan menjadi pertimbangan utama mengalokasikan keuangan daerah disamping arah efisiensi dan manfaat dalam upaya memenuhi aspirasi masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Kota Bitung dengan berbagai pertimbangan telah berusaha menggali potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah disamping pendapatan dana perimbangan pemerintah pusat dan provinsi, serta lain-lain pendapatan yang sah. Besarnya PAD yang diterima pada Tahun 2005 masih memberi kontribusi sebesar 6,03 % pada APBD, naik dari tahun 2004 yang menyumbang 5,99 %. Kinerja pembangunan pemerintah daerah tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen pemerintahan yang baik, yang pada akhirnya dapat ditunjukkan dari indikator ekonomi makro. Disamping itu banyak ahli pembangunan mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator seperti : angka kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi dan ibu melahirkan, kemampuan baca tulis, umur harapan hidup dan sebagainya yang akhirnya dapat tercermin dari indeks pembangunan manusia (Human Development Index). Upaya pembangunan ekonomi melalui berbagai program kebijakan telah menunjukkan kecenderungan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi, menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan Tahun 2002.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar